
Kala kita melesat jauh dari dekapannya, Ia sigap. Ayat-ayatnya segera berseru memanggil kita, sabda-sabda RasulNya akan lantang mengajak kita kembali.
Dan, kala kita terasuki dosa, ia memberikan penawar. Penawar yang sangat mujarab membersihkan ruhani kita dari gumpalan-gumpalan dosa. Penawar itu teracik dan terkemas cantik dalam kalimat-kalimat sakti “istighfar”.
Istighfar adalah kalimat penyesalan yang diambil dari bahasa Arab yang berarti memohon ampunan kepada Allah SWT. Istighfar ibarat obat mujarab bagi dosa dan sebagai penebus kesalahan. Bukankah setiap hari kita tidak pernah lepas dari dosa? Setiap hari dosa kita bertambah.
Bayangkan, seandainya setiap berbuat kesalahan, kita meletakkan sebutir batu di depan rumah, bukankah batu-batu tadi akan membentuk gunung yang tinggi menjulang. Bayangkan juga seandainya setiap kali berbuat kesalahan, kita melemparkan sebutir batu ke sungai, bukankah lama-kelamaan batu tadi bisa membendung aliran sungai?
“Istighfar adalah instrumen pemantik rizki”. Sudah barang tentu, kalimat ini multi tafsir. Dalam pandangan salaf sekaliber Habib Umar, kata “rizki” memuat berjuta makna, ada rizki ruhani, ada rizki ragawi. Wallahu a’lam. ( Habib Umar bin Segaf as-Segaf, dalam karyanya, Tafrihul Qulub wa Tafrijul Kurub )
Manfaat Istighfar
Membaca istighfar itu banyak manfaatnya. Nabi SAW juga setiap hari selalu membaca istighfar tujuh puluh kali, bahkan sampai seratus kali. Nabi Muhammad SAW Bersabda, ”Barangsiapa yang membaca istighfar dengan tekun, Allah akan memberinya jalan keluar dari segala kesusahan dan kesempitan hidupnya, dan Allah pasti memberinya rezeki secara tidak terduga-duga” (HR Abu Daud).
Dosa bisa menjadi penghalang berdatangannya rezeki. Rasulullah bersabda, “Seseorang diharamkan dari rezeki karena dosa yang dilakukannya” (HR Ibnu Majah, Hadits Hasan). Selain itu, dosa mendatangkan bencana. Seorang ulama gara-gara berkata kepada seseorang, ”Hai orang yang tidak punya uang”, empat puluh tahun kemudian dirinya terlilit utang.
Hidup kita tidak akan terlepas dari salah dan dosa. Karenanya, bacalah istighfar dan bertaubatlah. Yakinlah bahwa, “Allah senantiasa menerima tobat hamba-Nya selama nyawa belum sampai pada ujung tenggorokannya” (HR Tirmidzi, hadits hasan).
Sejatinya, kita membutuhkan figur Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Tapi, mengharap sosok Umar, di era seporak-poranda kini, ibarat kerdil merindukan bulan, Sia-sia saja. Jadi, alangkah layaknya bila kita mulai membudayakan taubat dan istighfar di tengah-tengah rutinitas kita. Mari kita basahi bibir-bibir kita dengan istighfar, dengan pengharapan, barangkali Allah SWT berkenan menyetarakan istighfar kolektif kita ini dengan sebiji istighfar Umar bin al-khattab. Astaghfirullah rabbal baraya, astaghfirullah minal khathaya.
( Kiriman dari Rekan saya di Sukabumi )
Comments :
0 komentar to “Kekuatan Istighfar yang Dahsyat”
Posting Komentar